Monday 3 March 2014

Cerita Gunung

Jika kita mau memikirkan hikmah penciptaan gunung yang sangat menakjubkan, maka kita akan memuji dan membesarkan Pencipta gunung, yaitu Allah –Tabaraka wa ta’ala-. Perhatikanlah bentuknya yang sangat menakjubkan sungguh sangat sesuai dengan fungsinya. Sekiranya gunung dibuat bulat seperti bola atau bentuknya terjal seperti tembok, tentu susah untuk didaki dan sulit untuk mengambil manfaat darinya. Bahkan akan menghalangi sinar matahari dan udara untuk sampai kepada manusia. Jika gunung itu dibentangkan di atas seluruh permukaan bumi, tentu ia akan membuat sempit lahan pertanian dan tempat tinggal manusia, serta tanah datar akan tertutupi.

Disamping itu, gunung berfungsi seperti benteng dan tempat berlindung dari terpaan angin kencang dan serangan air banjir. Jika angin kencang menerjang, maka gunung akan menghalau  hembusannya dan menghambat kecepatannya sehingga tidak menghancurkan sesuatu yang ada di lembah. Ketika air banjir datang, maka gunung akan menghalaunya dan memalingkannya ke kanan dan kirinya. Sekiranya gunung tidak ada, tentu air banjir akan menghancurkan apa saja yang berada di jalur  yang dilaluinya. Jadi, bentuk yang paling ideal, paling layak dan paling sesuai dengan manfaatnya adalah bentuk yang telah diciptakan Allah-Azza Wa Jalla-.
Allah –Subhana Wa Ta’ala- telah mengajak kita agar memperhatikan dan merenungi kaifiyat penciptaan gunung. Allah – Subhana Wa Ta’ala – berfirman,
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) [الغاشية/17-19]
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?”. (QS. Al-Ghosiyah: 17-19)
Allah pancangkan gunung-gunung demi kemaslahatan yang besar  bagi manusia. Jika gunung-gunung tidak ada, maka bumi akan berguncang terus-menerus sehingga tidak ada kehidupan lagi di atas muka bumi ini. Allah – berfirman,
وَجَعَلْنَا فِي الأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ  [الأنبياء/31]
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk”. (QS. Al-Anbiyaa’ : 31)
Penciptaan gunung dan hikmahnya merupakan bukti yang sangat besar atas kekuasaan Pencipta dan Pembuatnya, ketinggian ilmu dan hikmah sekaligus bukti atas ke-MahaEsaan-Nya. Gunung yang begitu kokoh dan besar ternyata tunduk dan patuh kepada perintah Allah, bahkan senantiasa bertasbih dan bertahmid memuji-Nya serta sujud kepada-Nya semata-mata karena takut kepada-Nya. Allah berfirman,
وَلَقَدْ آَتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ  [سبأ/10]
“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman), “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”. (QS. Saba’ : 10)
Allah –Ta’ala- berfirman,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia?” (QS. Al-Hajj : 18)
Jadi, segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, seluruhnya tunduk dan patuh kepada-Nya. Sebab, semuanya adalah milik Allah. Di Tangan-Nya segala urusan dan perintah. Allah berfirman,
وَلَوْ أَنَّ قُرْآَنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الأَرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَى بَلْ لِلَّهِ الْأَمْرُ جَمِيعًا أَفَلَمْ يَيْئَسِ الَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا  [الرعد/31]
 “Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. (QS. Ar-Radd : 31)
Oleh karenanya, di Tangan Allah kunci segala urusan bagi alam semesta ini. Gunung dan seluruh makhluk yang ada di bumi ini tunduk dan patuh terhadap perintah Allah Yang Maha Perkasa. Di tangan-Nya pengaturan meletus tidaknya gunung-gunung, bertiupnya badai topan, gelombang tsunami dan lain sebagainya. Semua urusan alam semesta kembali kepada Penciptanya (Allah). Jika Dia menghendaki terjadi, maka akan terjadi. Bila Dia menghendaki tak terjadi, maka pasti tak terjadi. Karenanya, Ibnu Abbas –radhiyallahu anhu- berkata saat menafsirkan potongan terakhir di atas, “Dia tak melakukan dari urusan itu, kecuali apa yang Allah kehendaki”. [Lihat Ad-Durr Al-Mantsur (6/15) karya Abu Bakr As-Suyuthiy]
Tidak seperti anggapan sebagian orang-orang jahil bahwa ada yang mengatur gunung dari selain Allah berupa jin-jin, dewa, makhluk halus, dedemit dan lainnya. Bahkan yang lebih aneh, tatkala sebagian manusia mengangkat seseorang yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan sebagai “juru kunci gunung” yang sangat besar, kuat dan kokoh. Mereka meyakini bahwa si juru kunci itu (semisal, Mbah Marijan) mampu mengatur keganasan gunung dan memahami apa yang diinginkan gunung tersebut. Sehingga dengan hal itu, mereka telah terjatuh dalam kesalahan yang sangat besar, yaitu kesalahan dalam tauhid rububiyyah, sedang orang-orang musyrik di zaman jahiliyyah tidak pernah terlintas dalam benak mereka tentang hal tersebut. Tidak mengherankan jika negeri kita diterjang musibah silih berganti disebabkan karena keyakinan-keyakinan yang rusak seperti ini.
Ingatlah! Tatkala Allah menawarkan amanat kepada gunung untuk mengemban syariat dari Allah; melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya, namun gunung itu enggan untuk menerimanya. Sebab gunung khawatir mengkhianati amanat tersebut. Tentunya diantara amanah terbesar, men-tauhid-kan Allah dalam beribadah dan dalam perkara rububiyyah. Allah – berfirman,
إِنَّا عَرَضْنَا الأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا اْلإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولاً  [الأحزاب/72]
 “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, lalu semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (QS. Al-Ahdzab: 72)
Urusan apa yang tak mampu diemban oleh langit, bumi dan gunung?! Urusan yang berat berupa perintah dan larangan dari Penciptanya. Tapi semua makhluk itu takut, takut jika mereka melanggar batasan-batasan Rabb-nya. Saking takutnya, gunung akan berguncang hebat dan  terpecah belah jika Al-Qur’an diturunkan kepadanya. Disebabkan oleh kemuliaan Al-Qur’an dan takutnya mereka kepada Allah. Allah – berfirman,
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ  [الحشر/21]
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al-Hasyr : 21)
Al-Imam Abul Fidaa’ Ibnu Katsirrahimahullah- berkata, “Maksudnya, bila gunung dengan sifat keras dan kuatnya, andai gunung dapat memahami Al-Qur’an ini, lalu ia men-tadabburi sesuatu yang terdapat di dalamnya, niscaya gunung akan tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah –Azza wa Jalla-. Nah, bagaimana bisa bagi kalian –wahai manusia- sampai hati kalian tak lembut dan tidak khusyu’ serta tidak pecah karena takut kepada Allah, sedang kalian (wahai manusia) sungguh telah memahami perintah Allah dan telah men-tadabburi Kitab-Nya”. [Lihat Tafsir Ibn Katsir (8/78)]

Dari penjelasan yang ringkas ini, maka hendaklah kita menyadari segala kekurangan kita. Pernahkah hati kita bergetar ketika mendengar ayat-ayat Allah dilantunkan? Pernahkah kedua pipi kita ini basah oleh tetesan air mata, walaupun setitik saja ketika mendengar ayat-ayat Allah dibacakan? atau jangan-jangan tidak pernah!! Cobalah kita menengok jauh ke dalam lubuk hati kita! Periksalah apakah disana masih ada kata iman? atau sudah tertutupi oleh noda-noda hitam kemaksiatan. Bila di dalam hati kita masih ada keimanan, lalu mengapa ia tidak bergetar ketika mendengar ayat-ayat Allah dibacakan? ataukah hati kita lebih keras daripada gunung…? sungguh aneh manusia yang terbuat dari sekerat daging saja, namun hatinya lebih keras daripada gunung!!

Oleh karenanya, marilah kita kembali mempelajari agama Allah dan Rasul-Nya, membaca dan menelaah Al-Qur’an  dan hadits Nabi-Nya. Janganlah kita bersikap sombong, sebab Allah tidak menyenangi orang-orang yang menyombongkan diri.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَلاَ تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ اْلأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً  [الإسراء/37]
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Israa’ : 37)
Sumber : http://pesantren-alihsan.org/cerita-gunung.html